cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2016, No 1" : 10 Documents clear
Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat Suri, Dian Permata Ratna; Indrianawati, -
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.592 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2016i1.1835

Abstract

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis potensi lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis di Provinsi Jawa Barat dengan metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi peta temperatur (hasil konversi dari peta kontur), peta curah hujan, peta lereng, peta drainase tanah, peta tekstur tanah, dan peta jenis tanah.Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas masing-masing wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tidak mempunyai potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis dengan tingkat kesesuaian lahan tertinggi yang sangat sesuai (S1), namun masing-masing wilayah mempunyai potensi untuk ditanam komoditas strategis dengan tingkatan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal), dimana jika akan ditanami komoditas tersebut, maka dibutuhkan perbaikan kualitas lahan berdasarkan faktor pembatas yang mempengaruhi.Kata kunci: perkebunan, komoditas strategis, metode scoring, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three plantation commodities, those are strategic commodities, prospective, and superior local specific commmodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This study has the objective to analyze the potential of plantation resource of strategic commodities in West Java province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature map (the conversion results of contour map), rainfall map, slope map, soil drainage map, soil texture map, and soil type map. Based on this study, it can be known that the majority of each region of the districts/cities in West Java Province does not have the potential of plantation resource of strategic commodities with highest level of land suitability which highly suitable (S1), but each region has the potential to be planted by strategic commodities in class S2 (moderately suitable) and S3 (marginal suitable) level, where if it will be planted with these commodities, it is necessary to improve the quality of land based on limiting factors that affect.Keywords: plantation, strategic commodities, scoring method, West Java Province 
Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Naldi, Feri; Indrianawati, -
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.085 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2016i1.1832

Abstract

ABSTRAKKota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, akibatnya di Kota Bandung terjadi penurunan daya dukung lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk memberikan informasi dalam menjaga keseimbangan ekologi Kota Bandung adalah dengan inventarisasi keberadaan dan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) melalui pembangunan geodatabase RTH. Penyediaan RTH pada suatu kawasan perkotaan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, dimana proporsi RTH yang harus disediakan pada wilayah perkotaan adalah minimal sebesar 30% dari total luas wilayah kota. Pembangunan geodatabase RTH dilakukan dengan mengintegrasikan data spasial RTH dengan informasi tipologi RTH dan data foto/video RTH. Dari hasil pembangunan geodatabase dapat diketahui bahwa Kota Bandung mempunyai 22,59% RTH publik (3.802,5 Ha) dan 3,45% RTH privat (581,51 Ha) yang tersebar di seluruh Kota Bandung.Kata kunci: SIG, Ruang Terbuka Hijau (RTH), GeodatabaseABSTRACTBandung is one of the cities in Indonesia with the level of development and population growth quite rapidly. Consequently, the carrying capacity of the environment in Bandung is decrease. One of the activities that can be used to provide information in maintaining the ecological balance of Bandung is the inventory of the existence and availability of green open space through the geodatabase development of green open space. Provision of green space in an urban area has been regulated in the Regulation of the Minister of Public Works No. 05/PRT/M/2008, where the proportion of green open space should be provided in urban areas is a minimum of 30% of the total area of the city. Geodatabase development of green open space is done by integrating spatial data of green open spaces with information of green open space typology and data of photos/videos of green open space. Results from the geodatabase development showed that Bandung has 22.59% public green open space (3802.5 ha) and 3.45% private green open space (581.51 ha) which spread throughout the city of Bandung.Keywords: GIS, Green Open Space, Geodatabase
Analisis Asas dan Tujuan dari Undang-Undang Kelautan, serta Peran Keilmuan Geodesi dan Geomatika dalam Implementasinya di Indonesia Nugroho, Agung P; Djunarsjah, Eka; Windupranata, Wiwin
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.692 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2016i1.1831

Abstract

ABSTRAKWilayah dan potensi kelautan yang besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memerlukan pengelolaan yang sesuai agar dapat terjaga dan termanfaatkan dengan baik. Penyusunan dan pengesahan undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang kelautan adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan negara dalam menata dan mengatur ruang lautnya secara terpadu. Undang-undang kelautan di dalamnya mempunyai sebelas asas dan delapan tujuan. Asas dan tujuan tersebut berisi mimpi-mimpi besar di bidang kelautan Indonesia dan harapannya dapat dicapai melalui undangundang ini. Akan tetapi kenyataanya masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengimplementasikannya sehingga mencapai kondisi ideal yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana undang-undang dapat diimplementasikan melalui uji prasyarat hukum undang-undang. Hasilnya undang-undang kelautan memenuhi syarat sah dan absah, sehingga dapat diimplementasikan dari aspek muatan hukum tersebut. Sedangkan, hasil analisis SWOT dan semantik bahasa menunjukkan bahwa implementasi dari undang-undang kelautan masih jauh dari harapan. Harapan kedepannya dengan dibuatnya aturan-aturan pendukung dan diperbaikinya kinerja pemerintahan, maka implementasinya akan berjalan lebih baik. Peranan bidang geodesi dan geomatika dalam bidang kelautan sudah sampai dalam tahapan membantu berbagai permasalahan di bidang kelautan.Kata kunci: undang-undang, kelautan, asas, tujuan, implementasiABSTRACTLarge marine regions and potential in the Republic of Indonesia require appropriate management and maintainance. Drafting and legitimating of maritme law no. 32 in 2014 are government effort in maintining and organizing of Indonesia sea n integrated manner. Maritime law has eleven principles and eight objectives contained within. The principles and objectives contain big dreams for Indonesian marine. These dreams hope can be achieved with the existence of this law. But in fact is still much work to be done in implementing such a big dream to reach the ideal situation. This research aims to determine in which extent legislation can be implemented and carried out to test the legal prerequisite legislation, and the result is marine legislation qualified from legitimate and legal test so that it can be implemented from the aspect of the legal aspect. While the SWOT and semantic analysis can be seen that the implementation of marine legislation is still far from expectations, expected in the future with the establishment of rules from the and improved performance of the government, the implementation will be better. For the geodesy and geomatics roles are already in the level helpin in the problems of marine field.Keywords: law, principle, objective, implementation
Studi Awal Desain Hull USV (Unmanned Surface Vehicle) untuk Pengukuran Batimetri di Perairan Tenang Azmar, Zulfikar Banu; Perbani, NMR Ratih Cahya
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.095 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2016i1.1837

Abstract

ABSTRAKUSV batimetri adalah wahana apung tanpa awak berdimensi kecil dan mudah dibawa untuk pengukuran batimetri. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain bentuk hull USV yang stabil untuk keperluan survei batimetri di perairan tenang. Bentuk hull yang didesain berupa monohull yang dioperasikan di perairan tawar, hanya mempertimbangkan kestabilan statik vertikal untuk gerakan heave (yang disebabkan oleh bobot total USV) dan roll sudut kecil tanpa pengaruh angin dan arus. Hull USV didesain dengan panjang 1,64 meter; lebar 0,52 meter; dan tinggi total 0,26 meter di mana dua pertiga hull bagian bawah buritan berbentuk U dan sepertiga hull bagian bawah haluan berbentuk V. Draft rencana 0,08 m; 0,12 m; 0,16 m memiliki kestabilan statik vertikal yang baik dengan koefisien blok berkisar 0,68 - 0,71 sehingga dikategorikan sebagai kapal yang didesain bukan untuk kapal cepat. Bobot USV beserta muatan direkomendasikan antara 36 - 83 kg. Dari dimensi, bobot, dan koefisien blok yang cukup besar hull yang didesain dapat dikategorikan sebagai wahana apung tanpa awak berkecepatan rendah sehingga cocok untuk keperluan survei batimetri.Kata kunci: USV batimetri, heave, roll sudut kecil, draft.ABSTRACTBathimetric USV is a portable unmanned vehicle with small dimension which is capable of carrying out bathymetric measurements. This study is intended to design the stable USV hull for bathymetric surveys in calm waters. The hull is designed as a monohull and will be operated in freshwater, only consider the vertical static stability for heave motion (caused by the total weight of USV) and small angle roll without the influence of wind and currents. USV hull is designed with 1.64 meters length, 0.52 meters breadth, and 0.26 meters depth which has U-shaped at two-thirds of the aft hull bottom and U-shaped at one-third of fore hull bottom. The drafts plan of 0,08 m, 0,12 m, and 0,16 m have good vertical static stability with block coefficient from 0.68 to 0.71, so the designed USV is not classified as a fast ship. USV total weight is recommended between 36 to 83 kg. From the dimensions, weight, and large block coefficient the designed USV hull can be categorized as a unmanned vessel with low speed. Therefore, it is suitable for bathymetric USV.Keywords: bathimetric USV, heave, small angle roll, draft
Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS) Rinaldy, -; Hidayat, Rahmat Taufik
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1061.256 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2016i1.1836

Abstract

ABSTRAKSaat ini masih banyak orang yang melakukan pemetaan 2D, tetapi seiring berkembangnya teknologi pemetaan secara 3D mulai dikembangkan. Pada studi ini kegiatan pemetaan dilakukan dengan metode terestris dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak untuk mendapatkan posisi berupa x, y, z dan data keruangan berupa panjang, lebar, dan tinggi. Pada studi ini, pemetaan 3D lebih dikembangkan dengan melakukan pengukuran metode terestris dengan menggunakan alat Electronic Total Station (ETS). Namun, tidak semua objek dapat diukur menggunakan alat ETS, dikarenakan wilayah pengukuran terletak pada daerah yang padat dengan bangunan gedung sehingga membatasi ruang gerak pengukuran. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pengambilan data detail situasi tidak hanya mengambil batas-batas atap dari setiap objek, melainkan setiap detail objek-objek seperti pilar, pintu, jendela, tangga, atap, rangka atap, ventilasi; (2) titik-titik detail situasi yang diukur adalah sudut-sudut dari setiap detail objek di mana titik-titik detail situasi yang diukur menggunakan metode seperti metode polar dan metode trigonometri; (3) data detail situasi yang diolah adalah posisi vertikal (z) untuk mendapatkan beda tinggi. Beda tinggi tersebut digunakan untuk penggambaran objek 3D; (4) peta 3D yang dihasilkan sesuai dengan posisi, ukuran, dan bentuknya.Kata kunci : Pemetaan 3D, ETS, Level of Detail, Metode TrigonometriABSTRACTCurrently there are many people who do 2D mapping, but as the development of a 3D mapping technology was developed. In this study mapping exercise carried out by terrestrial methods by measuring the angle and distance to get the position in the form of x, y, z and spatial data such as length, width and height. In this study, the 3D mapping is developed by measuring the terrestrial method by using the Electronic Total Station (ETS). However, not all objects can be measured using the ETS, because the measuring region lies in a dense area with buildings that limits the space of measurement. The results of this study can be summarized as follows: (1) retrieval of detailed data of the situation not only take the roof boundaries of each object, but every detail of objects such as pillars, doors, windows, stairs, roof, roof truss, ventilation; (2) the detail points of the situation measured are the angles of each detail of the object in which the detail points of the situation are measured using methods such as polar methods and trigonometric methods; (3) the processed data of detail situation is vertical position (z) to obtain a height difference, which used for 3D object depiction; (4) the resulting 3D map matches the position, size, and shape.Keywords: 3D Mapping, ETS, Level of Detail, Trigonometry Method
Analisis Asas dan Tujuan dari Undang-Undang Kelautan, serta Peran Keilmuan Geodesi dan Geomatika dalam Implementasinya di Indonesia Agung P Nugroho; Eka Djunarsjah; Wiwin Windupranata
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKWilayah dan potensi kelautan yang besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memerlukan pengelolaan yang sesuai agar dapat terjaga dan termanfaatkan dengan baik. Penyusunan dan pengesahan undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang kelautan adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan negara dalam menata dan mengatur ruang lautnya secara terpadu. Undang-undang kelautan di dalamnya mempunyai sebelas asas dan delapan tujuan. Asas dan tujuan tersebut berisi mimpi-mimpi besar di bidang kelautan Indonesia dan harapannya dapat dicapai melalui undangundang ini. Akan tetapi kenyataanya masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengimplementasikannya sehingga mencapai kondisi ideal yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana undang-undang dapat diimplementasikan melalui uji prasyarat hukum undang-undang. Hasilnya undang-undang kelautan memenuhi syarat sah dan absah, sehingga dapat diimplementasikan dari aspek muatan hukum tersebut. Sedangkan, hasil analisis SWOT dan semantik bahasa menunjukkan bahwa implementasi dari undang-undang kelautan masih jauh dari harapan. Harapan kedepannya dengan dibuatnya aturan-aturan pendukung dan diperbaikinya kinerja pemerintahan, maka implementasinya akan berjalan lebih baik. Peranan bidang geodesi dan geomatika dalam bidang kelautan sudah sampai dalam tahapan membantu berbagai permasalahan di bidang kelautan.Kata kunci: undang-undang, kelautan, asas, tujuan, implementasiABSTRACTLarge marine regions and potential in the Republic of Indonesia require appropriate management and maintainance. Drafting and legitimating of maritme law no. 32 in 2014 are government effort in maintining and organizing of Indonesia sea n integrated manner. Maritime law has eleven principles and eight objectives contained within. The principles and objectives contain big dreams for Indonesian marine. These dreams hope can be achieved with the existence of this law. But in fact is still much work to be done in implementing such a big dream to reach the ideal situation. This research aims to determine in which extent legislation can be implemented and carried out to test the legal prerequisite legislation, and the result is marine legislation qualified from legitimate and legal test so that it can be implemented from the aspect of the legal aspect. While the SWOT and semantic analysis can be seen that the implementation of marine legislation is still far from expectations, expected in the future with the establishment of rules from the and improved performance of the government, the implementation will be better. For the geodesy and geomatics roles are already in the level helpin in the problems of marine field.Keywords: law, principle, objective, implementation
Studi Awal Desain Hull USV (Unmanned Surface Vehicle) untuk Pengukuran Batimetri di Perairan Tenang Zulfikar Banu Azmar; NMR Ratih Cahya Perbani
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKUSV batimetri adalah wahana apung tanpa awak berdimensi kecil dan mudah dibawa untuk pengukuran batimetri. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain bentuk hull USV yang stabil untuk keperluan survei batimetri di perairan tenang. Bentuk hull yang didesain berupa monohull yang dioperasikan di perairan tawar, hanya mempertimbangkan kestabilan statik vertikal untuk gerakan heave (yang disebabkan oleh bobot total USV) dan roll sudut kecil tanpa pengaruh angin dan arus. Hull USV didesain dengan panjang 1,64 meter; lebar 0,52 meter; dan tinggi total 0,26 meter di mana dua pertiga hull bagian bawah buritan berbentuk U dan sepertiga hull bagian bawah haluan berbentuk V. Draft rencana 0,08 m; 0,12 m; 0,16 m memiliki kestabilan statik vertikal yang baik dengan koefisien blok berkisar 0,68 - 0,71 sehingga dikategorikan sebagai kapal yang didesain bukan untuk kapal cepat. Bobot USV beserta muatan direkomendasikan antara 36 - 83 kg. Dari dimensi, bobot, dan koefisien blok yang cukup besar hull yang didesain dapat dikategorikan sebagai wahana apung tanpa awak berkecepatan rendah sehingga cocok untuk keperluan survei batimetri.Kata kunci: USV batimetri, heave, roll sudut kecil, draft.ABSTRACTBathimetric USV is a portable unmanned vehicle with small dimension which is capable of carrying out bathymetric measurements. This study is intended to design the stable USV hull for bathymetric surveys in calm waters. The hull is designed as a monohull and will be operated in freshwater, only consider the vertical static stability for heave motion (caused by the total weight of USV) and small angle roll without the influence of wind and currents. USV hull is designed with 1.64 meters length, 0.52 meters breadth, and 0.26 meters depth which has U-shaped at two-thirds of the aft hull bottom and U-shaped at one-third of fore hull bottom. The drafts plan of 0,08 m, 0,12 m, and 0,16 m have good vertical static stability with block coefficient from 0.68 to 0.71, so the designed USV is not classified as a fast ship. USV total weight is recommended between 36 to 83 kg. From the dimensions, weight, and large block coefficient the designed USV hull can be categorized as a unmanned vessel with low speed. Therefore, it is suitable for bathymetric USV.Keywords: bathimetric USV, heave, small angle roll, draft
Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS) - Rinaldy; Rahmat Taufik Hidayat
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSaat ini masih banyak orang yang melakukan pemetaan 2D, tetapi seiring berkembangnya teknologi pemetaan secara 3D mulai dikembangkan. Pada studi ini kegiatan pemetaan dilakukan dengan metode terestris dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak untuk mendapatkan posisi berupa x, y, z dan data keruangan berupa panjang, lebar, dan tinggi. Pada studi ini, pemetaan 3D lebih dikembangkan dengan melakukan pengukuran metode terestris dengan menggunakan alat Electronic Total Station (ETS). Namun, tidak semua objek dapat diukur menggunakan alat ETS, dikarenakan wilayah pengukuran terletak pada daerah yang padat dengan bangunan gedung sehingga membatasi ruang gerak pengukuran. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pengambilan data detail situasi tidak hanya mengambil batas-batas atap dari setiap objek, melainkan setiap detail objek-objek seperti pilar, pintu, jendela, tangga, atap, rangka atap, ventilasi; (2) titik-titik detail situasi yang diukur adalah sudut-sudut dari setiap detail objek di mana titik-titik detail situasi yang diukur menggunakan metode seperti metode polar dan metode trigonometri; (3) data detail situasi yang diolah adalah posisi vertikal (z) untuk mendapatkan beda tinggi. Beda tinggi tersebut digunakan untuk penggambaran objek 3D; (4) peta 3D yang dihasilkan sesuai dengan posisi, ukuran, dan bentuknya.Kata kunci : Pemetaan 3D, ETS, Level of Detail, Metode TrigonometriABSTRACTCurrently there are many people who do 2D mapping, but as the development of a 3D mapping technology was developed. In this study mapping exercise carried out by terrestrial methods by measuring the angle and distance to get the position in the form of x, y, z and spatial data such as length, width and height. In this study, the 3D mapping is developed by measuring the terrestrial method by using the Electronic Total Station (ETS). However, not all objects can be measured using the ETS, because the measuring region lies in a dense area with buildings that limits the space of measurement. The results of this study can be summarized as follows: (1) retrieval of detailed data of the situation not only take the roof boundaries of each object, but every detail of objects such as pillars, doors, windows, stairs, roof, roof truss, ventilation; (2) the detail points of the situation measured are the angles of each detail of the object in which the detail points of the situation are measured using methods such as polar methods and trigonometric methods; (3) the processed data of detail situation is vertical position (z) to obtain a height difference, which used for 3D object depiction; (4) the resulting 3D map matches the position, size, and shape.Keywords: 3D Mapping, ETS, Level of Detail, Trigonometry Method
Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat Dian Permata Ratna Suri; - Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis potensi lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis di Provinsi Jawa Barat dengan metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi peta temperatur (hasil konversi dari peta kontur), peta curah hujan, peta lereng, peta drainase tanah, peta tekstur tanah, dan peta jenis tanah.Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas masing-masing wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tidak mempunyai potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis dengan tingkat kesesuaian lahan tertinggi yang sangat sesuai (S1), namun masing-masing wilayah mempunyai potensi untuk ditanam komoditas strategis dengan tingkatan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal), dimana jika akan ditanami komoditas tersebut, maka dibutuhkan perbaikan kualitas lahan berdasarkan faktor pembatas yang mempengaruhi.Kata kunci: perkebunan, komoditas strategis, metode scoring, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three plantation commodities, those are strategic commodities, prospective, and superior local specific commmodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This study has the objective to analyze the potential of plantation resource of strategic commodities in West Java province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature map (the conversion results of contour map), rainfall map, slope map, soil drainage map, soil texture map, and soil type map. Based on this study, it can be known that the majority of each region of the districts/cities in West Java Province does not have the potential of plantation resource of strategic commodities with highest level of land suitability which highly suitable (S1), but each region has the potential to be planted by strategic commodities in class S2 (moderately suitable) and S3 (marginal suitable) level, where if it will be planted with these commodities, it is necessary to improve the quality of land based on limiting factors that affect.Keywords: plantation, strategic commodities, scoring method, West Java Province 
Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Feri Naldi; - Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, akibatnya di Kota Bandung terjadi penurunan daya dukung lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk memberikan informasi dalam menjaga keseimbangan ekologi Kota Bandung adalah dengan inventarisasi keberadaan dan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) melalui pembangunan geodatabase RTH. Penyediaan RTH pada suatu kawasan perkotaan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, dimana proporsi RTH yang harus disediakan pada wilayah perkotaan adalah minimal sebesar 30% dari total luas wilayah kota. Pembangunan geodatabase RTH dilakukan dengan mengintegrasikan data spasial RTH dengan informasi tipologi RTH dan data foto/video RTH. Dari hasil pembangunan geodatabase dapat diketahui bahwa Kota Bandung mempunyai 22,59% RTH publik (3.802,5 Ha) dan 3,45% RTH privat (581,51 Ha) yang tersebar di seluruh Kota Bandung.Kata kunci: SIG, Ruang Terbuka Hijau (RTH), GeodatabaseABSTRACTBandung is one of the cities in Indonesia with the level of development and population growth quite rapidly. Consequently, the carrying capacity of the environment in Bandung is decrease. One of the activities that can be used to provide information in maintaining the ecological balance of Bandung is the inventory of the existence and availability of green open space through the geodatabase development of green open space. Provision of green space in an urban area has been regulated in the Regulation of the Minister of Public Works No. 05/PRT/M/2008, where the proportion of green open space should be provided in urban areas is a minimum of 30% of the total area of the city. Geodatabase development of green open space is done by integrating spatial data of green open spaces with information of green open space typology and data of photos/videos of green open space. Results from the geodatabase development showed that Bandung has 22.59% public green open space (3802.5 ha) and 3.45% private green open space (581.51 ha) which spread throughout the city of Bandung.Keywords: GIS, Green Open Space, Geodatabase

Page 1 of 1 | Total Record : 10